Friday, April 30, 2010

Dikubur 26 Tahun, Jasad Kiai Utuh

Dikubur 26 Tahun, Jasad Kiai Utuh
TANGERANG, KOMPAS.com

Warga Jalan Garuda Pintu Air RT 03 RW 02, Kelurahan Juru Mudi Baru, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, dua pekan lalu sempat dihebohkan seputar pembongkaran makam KH Abdullah Mukmin. Pasalnya, saat dibongkar, jasad kiai tersebut masih dalam kondisi utuh kendati telah meninggal 26 tahun silam.
Alhasil, kini makam kiai yang juga mantan Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang itu menjadi pusat perhatian warga. “Ada saja yang datang ke sini. Ada yang ziarah, ada juga yang sekadar melihat-lihat,” kata Ahmad Pathi, anak keempat dari tujuh bersaudara mendiang KH Abdullah Mukmin saat ditemui pada Selasa (18/8/2009) petang.
Dalam kesempatan itu, Ahmad ditemani kakak sulungnya, Mukhtar Ali. Mukhtar mengatakan, pihaknya mengizinkan warga yang ingin berziarah ataupun hanya untuk melihat makam mendiang ayah mereka yang meninggal pada 22 Oktober 1983. Ayah mereka meninggal karena gagal ginjal dan sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Terkait pembongkaran makam tersebut, menurut Ahmad, karena terkait proyek Pemerintah Kota Tangerang untuk pelebaran Jalan Benda. Proyek pelebaran jalan ini untuk membuka akses lebih lebar menuju Bandara Soekarno-Hatta yang memang tidak jauh dari lokasi pemakaman tersebut.
Ahmad mengatakan, lokasi kuburan awal ayahnya berada di areal Musala An-Najat. Lokasinya di bibir Kali Ciajane dan tidak jauh dari Pondok Pesantren As-Ashidiqiyah II milik KH Iskandar Mohammad SQ.
Ahmad yang ketika itu ikut dalam pembongkaran makam mengaku perasaannya antara percaya dan tidak ketika melihat jasad ayahnya masih dalam kondisi utuh. Selain kondisi jasad, papan penutup jenazah pun dalam kondisi utuh, sama sekali tidak lapuk.
“Kain kafan masih utuh, waktu mau dipindahin, kain cuma kotor terkena lumpur. Jadi, cuma saya siram-siram air sedikit sudah bersih lagi. Papan penutup yang sampai ke dasar juga utuh,” kata Ahmad seraya memperlihatkan papan tersebut yang katanya dari kayu kamper. “Saya sempat menyimpan dua papan buat kenang-kenangan,” katanya.
Bahkan, imbuh Ahmad, papan bekas penutup makam tersebut sempat ada yang memintanya, tapi ia menolaknya. Untuk apa? “Saya enggak tahu buat apa,” katanya.
Mukhtar menambahkan, waktu makam dibongkar, kain kafan yang melilit tubuh jasad ayahnya masih utuh dan berwarna putih bersih. “Saya sempat lihat wajahnya, masih seperti 26 tahun waktu dulu dikubur, enggak berubah. Badannya juga masih seperti dulu, cuma rambutnya agak memutih. Baunya wangi sekali,” imbuhnya.
Disinggung seperti apa sosok mendiang, menurut Mukhtar, ayahnya dikenal sebagai guru dan juga tokoh masyakarat yang disegani. Abdullah Mukmin datang ke Kelurahan Juru Mudi pada 1950-an setelah belajar di Darul Ulum, Mekkah, selama 25 tahun.
Abdullah memiliki tiga istri. Istri pertama, Rohani, meninggal dan dikarunia dua anak. Abdullah menikah untuk kedua kalinya dengan Maswani dan dikarunia lima anak, tetapi Maswani lebih dulu dipanggil Sang Khalik. Terakhir, Abdullah menikahi Hajah Romlah asal Kramat Pulo, tetapi tidak dikarunia anak.
Semasa hidupnya, di lingkungan itu Abdullah mendirikan madrasah ibtidaiyah (MI) yang diberi nama MI Islahuddiniyah, yang berada di depan rumahnya. Kini MI ini dikelola putranya, Abdul Zibaqi. Gedung MI ini pun sebagian tergusur.
Adapun makam mendiang yang sebelumnya berada di samping Musala An-Najat, menurut Ahmad, merupakan permintaan mendiang sebelum meninggal. “Waktu itu pesannya kalau meninggal minta dimakamkan di samping Musala An-Najat,” kata Ahmad.
Kini, makam baru KH Abullah Mukmin terletak persis di depan rumah Ahmad atau digeser beberapa meter dari lokasi semula. Di areal pemakaman baru itu terdapat tiga makam, yakni makam KH Abudllah Mukmin, makam putra keduanya bernama M Subur, dan makam Maswani, istri kedua mendiang yang juga ibu kandung Ahmad.
Terkait kondisi jasad ayahnya yang masih utuh, Ahmad mengaku tak mendapatkan tanda-tanda tertentu sebelumnya. “Cuma saya pernah mendengar kalau jasad seorang kiai itu katanya utuh, tidak seperti yang lain. Saya bukan bermaksud mau menyombongkan diri, mudah-mudah apa kata orang itu benar terkait ayah saya,” tandas Ahmad.

Sumber : www.kompas.com tanggal 19 Agustus 2009


Jasad Masih Utuh Selama 26 Tahun Makam Kiai Abdullah Ramai Diziarahi

Saat dilakukan pembongkaran makam, jasad Kiai Abdullah Mukmin masih utuh. Padahal usia jasad tersebut sudah 26 tahun. Kini, makam barunya pun sering didatangi warga, baik yang ingin berziarah atau hanya ingin melihat saja.
"Sejak dua minggu ini, banyak orang yang datang ke sini, ada yang penasaran pengen tahu dan berziarah," kata Mukhtar Ali saat ditemui detikcom di makam almarhum KH Abdullah Mukmin di Jl Garuda Pintu Air, RT 03 RW 02 Kelurahan Juru Mudi Baru, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, Selasa (18/8/2009).
Seperti diberitkan sebelumnya, Pemerintah Kota Tangerang melakukan penggusuran tanah terkait pelaksanaan proyek pelebaran jalan di Benda. Proyek pelebaran jalan ini untuk membuka akses lebih lebar menuju Bandara Soekarno-Hatta yang memang tidak jauh dari lokasi pemakaman itu sendiri.
Mukhtar, yang merupakan putra sulung almarhum KH Abdullah Mukmin ini mengatakan, lokasi kuburan awal ayahnya ini berada di Mushollah An-Najat. Lokasinya bibir Kali Ciajane dan tidak jauh Ponpes As-Ashidiqiah II milik KH Iskandar SQ.
"Saat dibongkar keluarga dan masyarakat di sini tidak tahu. Namun waktu mengetahui kondisinya baru heboh, semua orang pada berdatangan termasuk wartawan," ujar Mukhtar polos.
Bahkan, Mukhtar mengatakan, Kapolresta Tangerang sampai tiga kali datang dan memerintahkan anak buahnya untuk mengambil rekaman pembongkaran dan kondisi jasad yang diyakini sebagai orang alim dan soleh itu.
"Waktu dibongkar kain kafan yang melilit ditubuh bapak masih utuh dan berwarna putih. Saya sempat lihat wajahnya, masih seperti 26 tahun waktu dikubur, nggak berubah. Badannya juga masih seperti dulu, cuma rambutnya agak memutih. Baunya sangat wangi sekali," terangnya.
Diakui Mukhtar, sosok ayahnya selama ini dikenal sebagai seorang guru. Abdullah datang ke Juru Mudi pada tahun 1950-an, setelah belajar di Darul Ulum, Makkah selama 25 tahun. Abdullah yang memiliki dua istri dan dikarunia 6 putra.
Saat tiba di Juru Mudi, Abddulah pun mendirikan sebuah Madrasah Ibtidaiyah yang diberi nama Islahuddiniyah, yang berada di depan rumahnya. Kini madrasah ini dikelola oleh putranya Abdul Zibaqi. Madrasah ini pun sebagian tergusur dan tengah dalam pembangunan.
"Karena kemampuan dan ilmu agama yang bapak miliki, bapak sempat dipercaya pemerintah dan negara untuk menjadi Wakil Ketua Pengadilan Agama di Tangerang," terangnya.
Abdullah, lanjut Mukhtar, selain mengajar mengaji kepada warga masyarakat, juga sering memberikan pertolongan untuk menyembuhkan penyakit. "Tapi bapak tidak pernah mau mengajarkan ilmu pengobatan itu. Bapak maunya mengajar ngaji saja," tandasnya.
Saat ini, lokasi makam KH Abdullah Mukmin letaknya digeser beberapa meter ke sekitar perumahan keluarganya. Di makam itu ada tiga, yaitu KH Abdullah Mukmin, putra keduanya bernama M Subur dan satu kuburan yang belum diberi nisan.

Sumber : detik.com

Catatan Kaki:
Subhanallah, di atas adalah contoh dari seorang syudaha yang konsisten terhadap Islam. Di negara kita Indonesia ini, banyak sekelompok orang yang menyatakan paling baik, paling benar, paling sesuai dengan sunnah, muslim yang lain kafir, musyrik dll.
Sebenarnya jawabannya adalah mudah, apabila orang yang menyatakan paling baik dan paling benar sesuai sunnah tersebut wafat, maka kita tunggu saja 10 tahun setelah dia wafat, apakah jasadnya masih utuh?
Sekian.

Wassalam

Followers